Bab 8. Tujuan dalam pendidikan
(Dewey, 2004:100-110)
1. Sifat suatu tujuan
Menurut Dewey tujuan
pendidikan adalah untuk memungkinkan individu melanjutkan pendidikan mereka,
atau membentuk kemampuan untuk tumbuh (to grow) secara kontinyu. Tujuan ini
hanya bisa dicapai kalau 2 syarat dasar terpenuhi:
a. adanya interaksi antar individu
secara timbal balik dan
b. adanya kemungkinan untuk
merekonstruksi kebiasaan-kebiasaan sosial dan institusi-institusi sosial yang
terjadi akibat stimulasi yang muncul karena pertukaran berbagai minat secara
timbal balik.
Singkatnya,
sasaran ini tidak dapat dicapai kecuali dalam masyarakat yang demokratis.
Kiranya perlu diberi beberapa
catatan di sini.
a.
Dalam rumusannya Dewey menolak setiap tujuan yang berasal
dari luar proses pendidikan itu sendiri yang membuat pendidikan hanya
disubordinasikan di bawah kepentingan yang berasal dari luar pendidikan
(seperti sasaran yang didektekan oleh negara seperti yang dia kritik sebelumnya).
b. Dewey membedakan hasil dengan
tujuan. Misalnya, angin badai merobohkan pohon. Robohnya pohon adalah hasil
dari tiupan angin badai dan tidak bisa dikatakan sebagai tujuan angin badai.
Meskipun demikian tujuan selalu mengacu pada hasil. Faktor utama yang mesti
dilihat dalam suatu tujuan adalah adanya kontinuitas intrinsik, dan bukan
sekumpulan tindakan yang terpisah-pisah. Dewey mengesampingkan adanya tujuan
dalam suatu proses pendidikan kalau setiap tindakan anak didektekan oleh guru.
Tujuan mengadaikan tindakan yang terorganisir untuk menyelesaikan suatu proses
secara progresif. Dalam tujuan orang sudah memprediksi akhir dari suatu proses
karena di situ diandaikan adanya bentangan waktu tertentu dan suatu
perkembangan kumulatif. Orang tidak bisa bicara tentang tujuan pendidikan kalau
tidak memungkinkan orang untuk memprediksi hasil dari suatu proses.
c. Tujuan sebagai suatu akhir yang
bisa diprediksi sebelumnya memberikan arah pada aktivitas karena mempengaruhi
langkah-langkah yang diambil untuk mencapainya. Fungsi prediksi dari tujuan
dirinci Dewey dalam 3 unsur.
(1)
Tujuan
membantu untuk melakukan observasi yang seksama untuk menentukan sarana-sarana
yang tersedia untuk mencapai tujuan dan menemukan halangan-halangannya selama
proses berlangsung.
(2)
Tujuan
membantu untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam menggunakan sarana.
(3)
Tujuan
memungkinkan adanya pilihan alternatif.
Adanya suatu tujuan membuat orang
bukan sebagai penonton tetapi pelaku dari suatu proses yang bisa diantisipasi
hasilnya sehingga memungkinkan untuk memilih hasil tertentu dan bukan hasil
yang lainnya.
d. Bagi Dewey bertindak atas dasar
suatu tujuan berarti bertindak cerdas. Dapat memprediksi akhir dari suatu
tindakan berarti memiliki basis untuk meneliti, memilih dan mengatur
sarana-sarana dan tindakan-tindakan yang perlu. Dengan begitu orang berpikir.
Pikiran merupakan kemampuan untuk melihat adanya relasi timbal balik antara
situasi sekarang dan hasil-hasil di masa yang akan datang. Misalnya, ketika
orang melihat genangan air di rumah. Genangan itu memiliki potensi menjadi
sarang nyamuk sehingga menjadi sumber penyakit. Ia dapat memprediksi hasil
akhirnya, yaitu persebaran penyakit, lalu
mengeringkan genangan air itu. Tindakan mengeringkan ini merupakan
tindakan yang cerdas karena ia bertindak dengan suatu tujuan untuk menghindari
persebaran penyakit. Orang yang bodoh atau tidak berpikir adalah orang yang
bertindak tanpa mengetahui arti tindakannya dan konsekuensi-konsekuensinya. “To
be intelligent we must “stop, look, listen” in making the plan of an activity”
(Dewey, 2004: 103). “To have an aim is to act with meaning, not like an
automatic machine; it is to mean to
do something and to perceive the meaning of things in the light of that intent”
(Dewey, 2004: 104).
2. Kriteria tujuan
yang baik
Dewey mengemukakan 3 kriteria untuk
tujuan yang baik sebagai berikut.
a. Tujuan yang ditentukan semestinya
merupakan hasil perkembangan dari kondisi yang ada. Tujuan semestinya merupakan
hasil pertimbangan atas apa yang sedang terjadi, atas kemungkinan-kemungkinan
dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Dewey menolak tujuan yang ditetapkan
oleh otoritas dari luar karena tujuan semacam itu hanya akan membatasi
kreativitas dan membuat orang bertindak secara mekanis saja.
b. Tujuan semestinya fleksibel
sehingga mudah disesuaikan sesuai dengan kondisi yang baru. Tujuan awal yang
ditentukan lebih sebagai sketsa tentatif. Dengan bertindak akan diketahui
apakah tujuan itu tercapai atau tidak. Dalam menetapkan tujuan yang baik orang
semestinya memperhitungkan pengalaman yang sudah dicapai anak, lalu menetapkan
rencana tentatif, selalu menceknya dalam praktek dan menyesuaikannya sesuai
dengan perkembangan situasi. Singkatnya tujuan yang baik itu bersifat
eksperimental sehingga selalu berkembang selama direalisasikan.
c. Tujuan semestinya selalu
menunjukkan bebasnya aktivitas. Tujuan yang dilihat sebelumnya itu merupakan
akhir dari suatu proses. Petani yang menggarap sawah dengan ternaknya tahu
bagaimana merealisasikan tujuan pada setiap langkahnya. Ia selalu harus mengacu
ke tujuan akhir sebagai pedoman. Dengan itu ia dapat menentukan rangkaian
tindakan dengan bebas sampai tujuan akhir itu tercapai. Karena itu, ia
mengatakan bahwa tujuan adalah sarana untuk bertindak.
3. Penerapan dalam
pendidikan
Bagi Dewey tidak ada yang khusus
dalam tujuan pendidikan. Tujuan membantu orang melakukan observasi, antisipasi,
dan pengaturan yang perlu untuk melaksanakan suatu fungsi. Setiap tujuan
bernilai sejauh membantu melaksanakan tindakan dari suatu waktu ke waktu yang
lain. Pendidikan pada dirinya sendiri tidak memiliki tujuan. Hanya manusia,
orang tua, guru dst yang memiliki tujuan. Ide abstrak seperti pendidikan tidak
mempunyai tujuan. Karena itu, tujuan bisa sangat beragam dari orang yang satu
ke orang yang lain, dari anak yang satu ke anak yang lain dan dari pengalaman
yang satu ke pengalaman yang lain. Misalnya guru dapat memiliki tujuan:
mengajari anak menjahit, mengajari anak membaca novelnya Scott, mengajari anak
membuang kebiasaan buruk tertentu dst. Dewey memberikan beberapa karakteristik
tujuan yang baik untuk pendidikan:
a. Suatu tujuan pendidikan mesti
didasarkan pada aktivitas dan kebutuhan intrinsik individu tertentu (termasuk
kecenderungan dan kebiasaannya) yang akan dididik. Dewey mengritik
kecenderungan untuk menetapkan suatu tujuan yang sama bagi semua tanpa
memperhitungkan keunikan masing-masing anak.
b. Suatu tujuan mesti bisa
diterjemahkan dalam metode yang akan dilaksanakan oleh pendidik. Tujuan itu
mesti mengacu pada jenis lingkungan yang perlu untuk membantu anak-anak untuk
merealisasikan potensi-potensi mereka.
c. Para pendidik mesti waspada
terhadap tujuan yang dikatakan bersifat umum dan final. Tujuan semestinya
mengarahkan orang untuk melakukan serangkaian aktivitas. Karena itu, tujuan
tidak dapat dirumuskan terlalu umum atau terlalu abstrak sehingga jauh dari
konteks. Tujuan yang baik semestinya justru memperluas cakrawala pandang dan
mendorong orang untuk melakukan observasi secara lebih luas dan fleksibel untuk
memperhitungkan beragam sarana yang mungkin dalam mencapai tujuan (tidak
terbatas hanya pada sejumlah kecil alternatif).
Post a Comment
Semua umpan balik saya hargai dan saya akan membalas pertanyaan yang menyangkut artikel di Blog ini sesegera mungkin.
1. Komentar SPAM akan dihapus segera setelah saya review
2. Jika ada Link Download rusak silahkan komentar dibawah ini
3. Jika Anda memiliki masalah silahkan bertanya di papan komentar
4. Silahkan menyertakan link artikel ini yang mau share ke blog Anda .