BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permasalahan moral sangat banyak terjadi pada anak-anak
yang seharusnya masih dalam masa perkembangan dan pertumbuhannya diisi
dengan hal-hal positif sehingga menjadikan bahkan melahirkan generasi penerus bangsa
yang beradab dan yang mempunyai etika dan moralitas yang
baik
Dewasa ini, moral anak bangsa semakin menurun. Terbukti dengan banyaknya
tingkat kriminalitas yang semakin menjamur
di daerah lingkungan kita. Semua itu terjadi disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, faktor orang tua, orang tua mempunyai peranan penting dalam membangun
moral seorang anak. Jika seorang anak ditanamkan disiplin sejak dini, maka ketika dewasa ia akan
membiasakan hidup disiplin, sebaliknya jika seorang anak tidak ditanamkan disiplin
sejak dini, maka ketika dewasanya ia akan hidup semau dirinya tanpa ada rasa
disiplin
Kedua, faktor teman, jika seorang anak mulai membantah
perkataan orang tuanya, lihatlah dengan siapa ia berteman. Ada sebuah kutipan
yang mengatakan “jika berteman dengan penjual minyak wangi, maka wangilah ia”.
Hal ini imembuktikan bahwa seorang teman sangatlah berpengaruh bagi kehidupan seorang
anak. Apa sebabnya? Mungkin ia lebih sering bertemu dengan temannya disbanding bertemu
orang tuanya. Rasa solidaritas pun tumbuh, sehingga ia mengikuti tingkah laku temannya.Permasalahan
moral itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan hati nurani dan moral anak –
anak yang jika dibiarkan akan merusak generasi muda.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana permasalan perkembangan hati nurani pada anak saat ini?
2. Bagaimana cara mengatasi permasalahan hati nurani pada anak?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pemasalahan hati nurani pada anak saat ini.
2. Mengetahui cara mengatasi permasalahan hati nurani pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Kondisi-kondisi
mendasar, seperti pembatasan, kasih saying, pengawasan, peraturan, dan contoh moral yang baik untuk
menumbuhkan hati nurani yang kuat. Dengan kurang berkembangnya hati nurani
serta terbatasnya hati nurani eksternal, mereka semakin rentan terhadap
dorongan bertindak agresif dan akibatnya sering kali menimbulkan tindak
kekerasan.
Meningkatnya Kejahatan
terhadap Teman
Dari
pertemuan Asosiasi
Psikolog Sekolah Nasional terungkap bahwa satu di antara tujuh anak melakukan
kekerasan terhadap anak lain atau menjadi korban kekerasan. Setiap kali
melakukan perbuatan itu, kemampuan pelaku merasakan perasaan korbannya dan rasa
malu akan tindakannya semakin menurun, sehingga krisis hati nurani pun semakin
parah.
Meningkatnya
Pencurian Remaja
Survei nasional yang dilakukan oleh Institut Etika
Josephson terhadap lebih dari 20.000 pelajar sekolah menengah menunjukkan bahwa
47 persen dari para responden mengaku pernah mengutil sesuatu dari toko dalam
satu tahun terakhir dan lebih dari seperempat anak SMA mengatakan sedikitnya
melakukan dua kali pencurian. Ajaran agama “Janganlah kamu mencuri” jelas sudah
dilupakan.
Meningkatkan
Kebiasaan Menyontek pada Remaja
Salah satu gejala yang mencemaskan di antara pelajar
dalam dekade belakangan ini adalah meluasnya kebiasaan menyontek. Plagiarisme
yang dilakukan bahkan sedemikian besarnya hingga banyak professor menggunakan
situs web yang dirancang secara khusus untuk mengecek keaslian hasil tulisan
mereka. Kenyataan menunjukkan bahwa menipu, berbohong, dan menyontek semakin
meningkat di kalangan remaja belakangan ini, tetapi barangkali kekhawatiran
yang utama adalah bahwa semakin banyak anak yang tampaknya tidak merasa
menyesal meski tidak mempunyai integritas diri. Ini merupakan gejala yang
menunjukkan menurunnya moralitas dan lemahnya hati nurani remaja masa kini.
Meningkatnya
Pergaulan Seks Bebas
Indikasi lain yang menunjukkan lemahnya adalah
pergaulan bebas : semakin banyak remaja melakukan hubungan seksual tanpa
memikirkan akibat yang mesti ditanggungnya, seperti kehamilan, penyakit kelamin
dan pernyakit-penyakit lain, di samping juga konsekuensi emosional (beberapa di
antaranya meliputi rendah diri, merasa sebagai barang bekas, hilang
kepercayaan, dan depresi). Hati nurani yang kuat akan membuat mereka menahan
hawa nafsu dan mengarahkan mereka untuk memikirkan konsekuensi yang kan timbul
akibat perbuatan mereka. Tanpa hati nurani mengekibatkan mereka memilih jalan
pintas untuk mendapat kepuasan seksual dengan mudah, tanpa menyadari mereka
akan menderita selamanya akibat pilihan tersebut.
Meningkatnya
Penyalahgunaan Obat-obatan
Statistik terbaru menunjukkan bahwa angka
penyalahgunaan obat-obatan di antara remaja, meski menurun, masih cukup tinggi.
Menggunakan hati nurani mereka untuk “Mengatakan tidak” tidak ada dalam kamus
mereka. Gejala-gejala penurunan moral tersebut sangat mengkhawatirkan ;
terlihat jelas adanya krisis hati nurani pada remaja. Jika hal itu diabaikan,
masa depan anak-anak akan sangat mengerikan. Beberapa tindakan positif bisa
dilakukan untuk membantu anak agar dapat mengembangkan hati nurani yang kuat
dan memberikan pedoman dalam diri mereka agar mampu membedakan mana yang salah
dan mana yang benar.
Apakah
Hati Nurani Itu?
Hati nurani yang kuat yaitu suara hati yang membantu
kita membedakan hal yang benar dan yang salah merupakan landasan yang kuat bagi
kehidupan yang baik, kehidupan kemasyarakatan yang baik, serta perilaku
beretika. Ini berkaitan dengan moralitas ; bersama-sama dengan empati dan
control diri, hati nurani merupakan inti bagi kecerdasan moral. Jalan menuju
moralitas itu dimulai dari rumah. Riset menunjukkan bahwa orangtua benar-benar
berperan penting dalam menumbuhkan sifat baik dalam diri anak karena moral itu
dapat dipelajari. Kita belajar hal baik dan buruk dari orangtua yang
mengajarkan bagaimana kita harus bertindak dan berkata dalam situasi tertentu;
juga mengajarkan apa yang tak dapat diterima dan apa yang sama sekali tidak
boleh dilakukan. Orang tua model ini siap mengajari anak mereka melalui
kata-kata dan contoh perbuatan sehari-hari. Tanpa orangtua sepertiitu, Cole
menekankan, “hati nurani tidak akan tumbuh dengan kuat dan pasti.”
Tiga
Langkah Membangun Hati Nurani Yang Kuat
Hati nurani adalah suara hati yang kuat, yang membantu
anak bertindak benar dan merasa bersalah jika melakukan pelanggaran. Ada tiga
langkah utama menumbuhkan hati nurani yang kuat dalam diri anak. Langkah
pertama menguraikan bagaimana menciptakan konteks untuk mengembangkan kesadaran
yang kuat dalam diri anak, yang barangkali merupakan tugas paling penting bagi
mendidik anak. Setelah meletakkan dasar untuk membantu anak mengenali mana yang
benar dan mana yang salah, langkah kedua adlah menanamkan kebajikan yang kuat,
yang akan mengarahkan anak mengambil pilihan yang tepat dan melakukan tindakan
yang bermoral. Langkah ketiga mengungkapkan bagaimana menerapkan disiplin yang
paling efektif yang tak hanya mengajarkan anak tentang yang benar dan slah,
melainkan juga membantu mengembangkan penalaran moral mereka hingga mencapai
tingkatan yang lebih tinggi. Ketiga langkah tersebut membantu anak
mengembangkan kebajikan utama yang kedua dari kecerdasan moral hati nurani yang
kuat sehingga membuat mereka melakukan tindakan bermoral dan hidup sesuai
etika.
Berikut ini tiga langkah yang dapat diajarkan untuk membangun
hati nurani anak dan meningkatkan kecerdasan moralnya :
Langkah
1 : Ciptakan Konteks
bagi Perkembangan Moral
Hasil penemuan menyimpulkan : sikap orang tua, sebagai
pengajar moral, sangat berperan penting dalam menentukan apakah kelak anak akan
menjalani hidup sesuai etika yang berlaku. Ternyata pola asuh tertentu sangat
baik diterapkan dalam mengarahkan perkembangan hati nurani anak.
Enam
Pola Asuh yang Dapat Meningkatkan Perkembangan Nurani yang Kuat
Berikut enam cara pola asuh yang tergolong signifikan
mendidik anak agar mempunyai hati nurani yang kuat dan sehat.
1. Jadilah contoh moral yang baik.
Anda merupakan guru moral pertama dan terpenting bagi
anak. Dengan melihat pilihan dan reaksi standar moral. Robert Coles
mengungkapkan: “Hal-hal yang terjadi sehari-hari, mnit demi menit, seperti
itulah yang diserap anak.”
2. Kembangkan hubungan yang erat dan saling
menghargai.
Penelitian menemukan bahwa anak sangat dipengaruhi
oleh orang yang menurut mereka paling dekat dan paling mereka hargai. Mereka
cenderung meniru sikap moral oran tersebut.
3. Ajarkan keyakinan moral anda.
Anda dapat melakukan pendidikan moral secara langsung
dengan cara sering berbicara mengenai norma-norma dan keyakinan dengan anak.
Penelitian menunjukkan, orangtua yang berhasil mendidik anak beretika adalah
mereka yang bayak melakukan hal tersebut.
4.
Harapkan dan tuntutlah agar anak melakukan tindakan bermoral.
Para ahli melihat, orangtua yang mengharapkan anaknya
melakukan tindakan bermoral bahkan menuntut mereka bertindak demikian
menghasilkan anak-anak yang bermoral. Kemungkinan mereka akan melakukan hal
tersebut karena orangtua memintanya.
5. Gunakan penalaran dan pertanyaan moral.
Thomas Lickona berpendapat bahwa mengajukan pertanyaan
merupakan cara mendidik yang perlu diterapkan untuk meningkatkan hati nurani
anak. Menurutnya, pertanyaan yang tepat akan membantu meningkatkan kemampuan
anak dalam menerima pandangan orang lain dan memahami konsekuensi.
6. Jelaskan alasan di balik aturan yang
anda terapkan
Penelitian menunjukkan bahwa jika orangtua menjelaskan
alasan-alasan atas aturan yang mereka terapkan, anak mereka bisa memahami dan
akan mematuhinya. Anak-anak tidak hanya perlu tahu bahwa kita mengharapkan
mereka melakukan sesuatu yang benar, tetapi juga mengapa kita mengharapkan itu.
Mengungkapkan dengan jelas mengapa anda menetapkan standar tertentu dapat
membantu perkembangan moral anak.
Langkah
2 : Ajarkan
Kebajikan untuk Memperkuat Hati Nurani dan Mengarahkan Perilaku
Seringkali kita beranggapan bahwa anak-anak mengerti
makna dan nilai beberapa kebajiakan yang paling utama bagi perkembangan moral
dan hati nurani yang kuat kebenaran, keadilan, kejujuran integritas tetapi
anggapan kita yang salah tersebut bisa berakibat buruk. Langkah yang kedua ini
menunjukkan bagaimana mengajarkan sifat-sifat kecerdasan moral sehingga anak
tidak hanya mampu membedakan antara benar dan salah, tetapi juga mengembangkan
keyakinan yang kuat terhadap kebajikan-kebajikan tersebut sehingga ia akan
secara sadar memilih untuk bertindak benar.
Orangtua umumnya kurang memberikan pendidikan moral
terpenting kepada anak, yaitu mengajarkan kebajikan hidup sesuai etika.
Sebenarnya, karakter anak secara keseluruhan ditentukan oleh kebajikan yang
mereka anggap penting dalam hidup mereka. Kebajikan itulah yang akan
mengarahkan hati nurani dan pilihan moral mereka. Ada enam cara untuk
mengajarkan kebajikan :
1.
Tentukan kebajikan yang paling ingin di tanamkan dalam diri anak. Semakin jelas anda mengetahui karakter yang paling
dikehendaki, semakin besar kemungkinan bagi anak untuk menyerapnya karena anda
akan lebih banyak mengajarkannya
2.
Lakukan satu kebajikan setiap bulan. Riset menungkapkan perlu sedikirnya tiga minggu
untuk mempelajari perilaku atau keterampilanbaru, demikian juga dalam
menerapkan suatu kebajikan.
3.
Ungkapkan nilai dan makna suatu kebajikan. Cara ketiga mengajarkan suatu kebajikan adalah
membantu anak mengetahui dengan jelas makna kebajikan tersebut dan mengapa
perlu dipelajari. Pastikan menguraikannya sesuai dengan tahap pemahaman anak
dan jangan pernah peranggapan bahwa dia mengerti maksud anda.
4.
Ajarkan seperti apakah bentuk dan ungkapan suatu kebajikan. Tidak ada cara yang paling tepat mengajarkan suatu
kebajikan, tetapi riset membuktikan bahwa contoh nyata jauh lebih besar
perngaruhnya. Cara termudah mendemonstrasikan suatu kebajikan adalah dengan
menggunakan perilaku anda sendiri sebagai contoh hidup. Tujuan utamanya adalaah
mengajari anak cara tepat menerapkan kebajikan tersebut.
5.
Doronglah agar suatu kebajikan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Waktu paling tepat mengajar adalah tanpa perencanaan
lakukan secara spontan. Temukan waktu tersebut dan ingatkan suatu kebajikan.
6.
Beri kesempatan kepada anak mempraktikan suatu kebajikan. Bisa saja selama berjam-jam mendiskusikan suatu
kebajikan, tetapi jka tidak dipraktikkan, tidak akan menjadi perilaku yang
melekat pada anak. Jadi, langkah pernting terakhir adalalah memberi kesempatan
kepada anak untuk dapat menerapkan kebajikan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Tiga
Cara Mudah Membantu Anak Mengembangkan Kebajikan
Hal paling berharga yang bisa ditanamkan dalam diri
anak adalah keyakinan yang kuat bahwa, “Aku orang yang baik dan bermoral.”
Berikut tiga hal yang diajarkan kepada ibu Samantha untuk membantu meningkatkan
keyakinan diri anaknya serta membuatnya mampu melihat sifat baik yang ada dalam
dirinya
1.
Buat mainan gantung kebajikan
2.
Buat kliping kebajikan
3.
Buat potret diri kebajikan
Langkah
3 : Gunakan Disiplin
Moral untuk Membantu Anak Belajar Membedakan Benar dan Salah
Kita semua menghendaki agar anak-anak bertindak benar
dan mengambil pilihan yang sesuai dengan nilai-nilai moral, tetapi anak-anak
tentu tidak dapat bersikap sempurna. Sebenarya, masa kanak-kanak adalah masa
untuk belajar membedakan antara benar dan salah. Langkah terakhir ini
mengajarkan cara pendisiplinan yang terbaik bagi anak agar mereka bisa
membedakan antara yang benar dan salah serta membangun pilihan yang bermoral
yang kuat, sehingga mereka dapat menentukan pilihan yang bermoral dan
mengembangkan hati nurani yang kuat.
Empat
“R” Untuk Disiplin Moral
Ada empat R yang berhubungan dengan pendisiplinan
moral yang disarankan kepada ayah Kevin untuk membantu anaknya belajar dari
pengalaman mencurinya. Agar mudah diingat, keempat langkah berikut dimulai
dengan huruf R :
Respond – Respons dengan tenang dan
coba lihat latar belakang tindakannya
Cobalah melihat tidak hanya pada persoalan apa yang
dilakuakan, tetapi juga mengapa ia melakukan itu. Agar tidak terlewatkan,
kumpulkan fakta sebanyak mungkin.
Review – Kajilah mengapa tindakan itu
salah
Anda harus memastikan bahwa anak memahami dengan jelas
alasan mengapa perbuatannya itu salah sehingga hal tersebut bisa menjadi
pelajaran moral baginya. Memang tentu saja kita marah, khawatir, atau
tercengang oleh kenakalan anak, tetapi jika kita mnguliahinya atau memberi
hukuman tanpa mengkaji mengapa tindakannya itu slaah, anak tidak dapat melihat
dengan jelas kaitan antar keduanya. Kita bukannya mengajarkan perbedaan antara
benar dan salah melainkan menunjukkan rasa tak suka dan hukuman. Studi
mengungkapkan, hati nurani dipelajari dalam beberapa tahap; karena itu, dengan
memberi waktu mendengarkan penjelasan anak akan membuata anda lebih dapat
memahami penalaran moralnya.
Reflect – Renungkan Akibat Tindakan
Tersebut
Nancy Eisenberg, penulis buku The Caring Child, mengungkapkan bahwa salah satu praktik terbaik
membangun moral adalah menunjukkan akibat yang ditimbulkan perilaku anak
terhadap orang lain. Dengan melakukan hal tersebut kita dapat mendorong
perkembangan moral dan perilaku potensial anak, bahkan juga sangat efektif bagi
anak yang masih kecil.
Right – Perbaiki Tindakan Salah
Tersebut dengan Mendorong Anak untuk Memperbaikinya
Langkah terakhir adalah memastikan bahwa anak tidak hanya
memahami mengapa perilakunya salah, tetapi juga yang terpenting tahu bagaimana
memperbaikinya. Khusunya jika tindakan tersebut menyakiti orang lain, anak di
dorong agar untuk memperbaiki perbuatannya. Dengan demikian anak bisa memahami
konsekuensi dari perilakunya dan memahami bahwa ia bertanggung jawab.
Konsekuensi yang relevan harus disesuaikan dengan kenakalannya dan disampaikan
dengan jelas.
BAB III
KESIMPULAN
Hati nurani adalah kemampuan seseorang untuk membedakan mana yang benar dari mana yang salah berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan menerapkannya dalam tindakan.Cara mengembangkan hati nurani pada
umumnya adalah dengan cara :
1. Menumbuhkan hati nurani (teguran
dalam diri seseorang ketika melakukan kesalahan), yakni dengan membangun moral seseorang,
memberikan ajaran kebaikan untuk memperkuat hati nurani, dan membantu
seseorang untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.[2]
2. Menumbuhkan pengendalian diri, yakni dengan memprioritaskan mana yang dianggap benar, selalu berupaya
untuk menjadi motivator bagi
dirinya sendiri, dan berpikir matang sebelum mengambil keputusan.
3. Mengembangkan sikap menghormati orang lain, yakni dengan memberikan contoh akan
menghormati orang lain dan memberikan pendidikan sopan santun.
makalannya diakses kapan ya?
ReplyDelete