Democracy and education
Bab 5. Persiapan, Pemekaran dan Disiplin Formal
(Dewey, 2004: 54-68)
Pada bab ini Dewey mengemukakan
kritik-kritiknya terhadap beberapa pemikiran pendidikan.
1. Pendidikan sebagai persiapan
Pemikiran
ini memandang pendidikan sebagai proses persiapan agar anak dapat mengemban
tanggung jawab orang dewasa di masa depan. Menurut Dewey pemikiran ini
menganggap anak belum sebagai anggota masyarakat yang penuh. Mereka dipandang
hanya sebagai kandidat. Pandangan ini tidak jauh berbeda dengan pandangan yang
menganggap hidup di dunia ini hanya sebagai persiapan untuk hidup sesudah mati.
Pada kedua pemikiran ini fase sebelumnya baik itu fase kanak-kanak atau fase
hidup di dunia ini dianggap sebagai fase yang belum penuh pada dirinya sendiri
sehingga hanya dianggap sebagai fase persiapan saja.
Dewey memperlihatkan
konsekuensi-konsekuensi negatif dari pemikiran ini.
a.
Motivasi anak untuk belajar tidak terbangun dengan baik,
karena anak melihat masa depan sebagai sesuatu yang belum mendesak dan belum
jelas.
b.
Muncul
godaan untuk menunda-nunda sesuatu. Bagi anak, saat sekarang
menawarkan begitu banyak hal yang menarik.
c.
Digunakannya standar-standar untuk mengukur
kemampuan-kemampuan spesifik anak yang dicapai sesudah periode tertentu
(misalnya akhir tahun atau akhir SMA sebelum masuk universitas) seakan-akan
fase-fase akhir itulah yang sangat penting dan menentukan, sementara fase-fase
sebelumnya dianggap hanya sebagai fase persiapan yang kurang penting.
d.
Cenderung digunakannya berbagai hadiah (pujian juga) dan
hukuman untuk memacu motivasi anak.
2. Pendidikan sebagai pemekaran (unfolding)
Model
pemikiran ini menganggap pendidikan sebagai perkembangan, tetapi perkembangan
di sini bukan dipahami sebagai pertumbuhan yang terus-menerus melainkan sebagai
pemekaran potensi-potensi terpendam yang sudah ada dalam diri anak yang dapat
berkembang menuju arah tertentu. Arah di sini dipandang sebagai kepenuhan dari
masing-masing potensi.
Kritik Dewey adalah sebagai
berikut.
a.
Sasaran dipandang sebagai kepenuhan. Itu berarti sebagai
suatu tujuan akhir yang statis. Fase sebelumnya hanya dianggap sebagai fase
transisi yang masih belum sempurna dan yang tidak memiliki nilai pada dirinya
sendiri.
b.
Fase akhir itu juga menjadi terlalu abstrak dan tak
terjangkau untuk masa sekarang. Kalau tidak ada kriteria-kriteria yang jelas
setiap ekspresi anak bisa dinilai sebagai proses pemekaran yang tidak boleh
diganggu-gugat.
c.
Dengan berbagai metode guru seakan-akan berperan untuk
menarik potensi itu keluar dan mekar.
Dewey
memandang Froebel dan Hegel ada pada posisi yang memandang pendidikan sebagai
pemekaran.
3. Pendidikan
sebagai pelatihan (training) atas
kemampuan-kemampuan
Pandangan
ini sebelumnya dikenal sebagai teori disiplin formal. Teori ini berpendapat
bahwa anak sejak lahir memiliki potensi-potensi tertentu seperti merasa,
mengingat, menghendaki, menilai, menggeneralisasi dst dan pendidikan merupakan
training atas potensi-potensi ini melalui latihan berulang-ulang. Tujuan
training adalah pembentukan kemampuan-kemampuan khusus. Orang yang dilatih
secara khusus untuk bidang tertentu dipandang dapat menyelesaikan sesuatu
dengan lebih baik dibanding orang yang tidak terlatih. Ia akan bekerja lebih
efisien, lebih cepat, dan lebih mudah. Dalam pendidikan anak dilatih dengan
pengulangan yang terus-menerus dan secara gradual (dari latihan yang lebih
mudah ke yang lebih sulit). Karena itu, perlu disiplin formal untuk melatih
kemampuan-kemampuan itu.
Dewey
memandang John Locke (1632-1704) sebagai tokoh dari teori ini. Menurut Locke
anak sudah mempunyai potensi-potensi seperti untuk merasa, mengingat,
membandingkan, menghendaki, berpikir, berfantasi dst yang tinggal dikembangkan
dengan materi-materi yang sesuai.
Menurut
Dewey dalam praktek teori ini terlalu menekankan training atas ketrampilan
tertentu secara sempit sehingga mudah mematikan inisiatif, kreativitas, dan
kemampuan penyesuaian diri anak. Kritik Dewey terhadap teori ini adalah sebagai
berikut.
a.
Kepercayaan bahwa anak sudah mempunyai potensi-potensi hanyalah
isapan jempol. Kemampuan-kemampuan manusia itu sangat bervariasi dan tercampur
satu dengan yang lain sehingga tidak bisa diidentifikasi hanya sebagai ingatan
saja atau hanya pikiran saja tanpa yang lain-lainnya. Dewey lebih melihat bukan
potensi satu per satu tetapi semua bisa dirangkum sebagai
kecenderungan-kecenderungan individu untuk memberikan respons tertentu pada
rangsangan dari lingkungan dengan menggunakan berbagai potensi yang dibutuhkan.
Dewey bukan menggunakan pengertian training untuk menyempurnakan kemampuan
tertentu melalui latihan seakan-akan seperti melatih otot, tetapi (1) memilih
respons tertentu yang digunakan sebagai sarana untuk menanggapi stimulus
tertentu dan (2) mengoordinasi berbagai faktor untuk merespons sesuatu.
b.
Semakin orang terlatih hanya untuk ketrampilan tertentu
semakin ia tidak tersedia bagi bidang yang lain apalagi kalau pelatihannya
semakin teknis dan tidak melibatkan kemampuan intelektual.
c. Teori
ini bersifat dualistik karena membuat pemisahan antara kemampuan dan materinya.
Bagi Dewey tidak ada yang disebut kemampuan untuk melihat, mendengar atau
mengingat secara umum yang bisa ditraining begitu saja. Yang ada menurut Dewey
adalah kemampuan untuk mengingat sesuatu.
Kekuatan fisik memungkinkan orang untuk bermain tenis, golf atau berlayar,
tetapi kemampuan bermain tenis hanya mungkin kalau orangnya melatih diri secara
teratur untuk menggunakan raket, memukul bola tenis, dst. Jadi, tidak ada
kemampuan fisik secara umum. Bagi Dewey kemampuan-kemampuan itu merupakan hasil
dari penggunaan materi-materi tertentu secara aktif. Keduanya tidak bisa
dipisah-pisahkan begitu saja. Tidak mungkin melatih begitu saja
kemampuan-kemampuan itu tanpa penggunaan materi-materi tertentu.
Post a Comment
Semua umpan balik saya hargai dan saya akan membalas pertanyaan yang menyangkut artikel di Blog ini sesegera mungkin.
1. Komentar SPAM akan dihapus segera setelah saya review
2. Jika ada Link Download rusak silahkan komentar dibawah ini
3. Jika Anda memiliki masalah silahkan bertanya di papan komentar
4. Silahkan menyertakan link artikel ini yang mau share ke blog Anda .