Sunday, July 6, 2014

PENDIDIKAN SEBAGAI PENGARAHAN

DEMOCRACYAND EDUCATION
Bab 3. Pendidikan sebagai pengarahan (direction)
(Dewey, 2004: 23-40)

1. Lingkungan sebagai pengarah
            Karena impuls-impuls anak belumlah sesuai dengan kebiasaan hidup masyarakat, perlulah impuls-impuls itu diarahkan. Setiap stimulus menurut Dewey mengarahkan tindakan. Stimulus tidaklah sekedar membangkitkan tindakan tetapi mengarahkannya ke sasaran tertentu. Respons itu bukan sekedar suatu reaksi atau protes karena terganggu, tetapi juga merupakan suatu jawaban. Respons diarahkan pada dan berhubungan dengan stimulus. Ada hubungan antara stimulus dan respons. Dengan demikian pengarahan merupakan suatu penuntun tindakan kearah tujuannya. Pengarahan berarti bantuan untuk melaksanakan apa yang sudah cenderung akan dilaksanakan oleh suatu organ. Dewey membedakan 2 unsur yang ada dalam pengarahan.
a.       Biasanya pada awalnya stimulus tidaklah cukup memadai untuk membangkitkan respons tertentu sehingga ada banyak energi terbuang. Pada waktu orang pertama kali menggunakan sepeda akan banyak energi terbuang jika dibandingkan dengan energi orang yang sudah terbiasa menggunakannya. Pengarahan berarti memfokuskan dan mengatur tindakan agar sungguh menjadi suatu respons. Pengarahan ini mensyaratkan juga penghilangan gerakan-gerakan yang tidak perlu dan yang tanpa arah.
b.      Pengarahan berarti penataan agar tindakan-tindakan berikut berlangsung secara kontinyu. Setiap tindakan itu bukan hanya merupakan respons terhadap suatu stimulus, tetapi juga membantu untuk mempersiapkan tindakan-tindakan berikutnya. Orang yang berlatih tinju tidak cukup hanya mencoba menghindar saat mendapatkan suatu pukulan tertentu, tetapi ia juga harus bersiap-siap untuk menghindari pukulan-pukulan berikutnya.

Karena itu pengarahan bersifat simultan dan berurutan. Simultan menunjukkan bahwa pengarahan menuntut pemilihan atas beragam kecenderungan dan mengambil kecenderungan yang dapat mengarahkan energi pada suatu titik tertentu. Berurutan menunjukkan bahwa pengarahan menuntut penataan tindakan-tindakan agar terjadi keseimbangan antara tindakan yang sebelumnya dan yang sesudahnya sehingga tindakannya menjadi teratur. Karena itu, pemfokusan dan penataan merupakan 2 aspek pengarahan. Pemfokusan lebih bersifat spasial di mana orang mencoba membidik sasaran tertentu dan penataan lebih bersifat temporal di mana keseimbangan dibutuhkan untuk tindakan selanjutnya. Aktivitas harus dipusatkan pada waktu tertentu sedemikian rupa sehingga dapat menyiapkan apa yang terjadi kemudian. Dewey menarik 2 konsekuensi.
a.      Pengarahan yang hanya dari luar itu tidak mungkin. Lingkungan hanya dapat menyediakan stimulus untuk merangsang respons. Respons itu berasal dari kecenderungan yang sudah dimiliki sebelumnya oleh individu. Kebiasaan dan aturan dari orang dewasa merangsang atau mengarahkan tindakan dari anak dan anak akhirnya ambil bagian dalam mengarahkan tindakannya sendiri sesuai sasaran yang mau dicapai. „All direction is but re-direction; it shifts the activities already going on into another channel“ (Dewey, hlm. 26). Tanpa adanya peran serta dari anak, pengarahan hanyalah paksaan.
b.      Pengarahan yang dilakukan melalui kebiasaan dan aturan mungkin hanya memiliki efek sementara dan tidak memiliki efek jangka panjang. Pengarahan ini mungkin membawa hasil seperti yang diinginkan, tetapi juga menghasilkan ketidakseimbangan pada tindakan-tindakan berikutnya. Atas dasar ancaman anak mungkin akan melakukan suatu tindakan, tetapi belum tentu ia akan tetap melakukan tindakan yang sama sesudah ancaman itu berlalu. Banyak orang yang berkecimpung dalam upaya pengarahan anak mengabaikan pentingnya rantaian perkembangan yang dicapai anak.

2. Bentuk pengarahan sosial
            Orang dewasa biasanya cepat menyadari perlunya mengarahkan tindakan orang lain terutama ketika dijumpai adanya resistensi, atau orang-orang yang mau diarahkan itu melakukan sesuatu yang berbeda dengan yang diinginkan. Di sini Dewey membedakan 2 bentuk pengarahan sosial.

a.      Kontrol langsung
Ketika orang-orang yang mau diarahkan tidak bertindak sesuai dengan yang diharapkan atau kalau mereka menunjukkan tanda-tanda ketidakpatuhan, biasanya kita merasakan perlunya mengontrol mereka secara langsung. Dewey membedakan hasil fisik dengan hasil moral. Anak mungkin dengan kasar ditarik menjauh dari api yang menyala agar ia tidak terbakar. Di sini hasil fisiknya adalah bahwa ia tidak terbakar. Meskipun demikian tindakan ini bisa jadi tidak membawa hasil moral, karena tidak ada unsur yang mendidik anak sehingga lain waktu ia tidak akan mendekat pada api lagi. Menurut Dewey kontrol langsung semestinya hanya dibatasi pada tindakan-tindakan yang sedemikian instingtif atau kompulsif di mana anak tidak dapat memprediksi akibat-akibat tindakannya.
b.      Pengarahan tidak langsung
Pengarahan ini terjadi dengan menggunakan alat-alat yang dapat mengarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Pengarahan tidak langsung ini menurut Dewey memiliki efek yang lebih permanen. Di sini lingkungan sosial merupakan medium efektif untuk mengarahkan tindakan anak.

Dewey menolak pemisahan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial sebagai medium pendidikan. Kalau tekanan hanya pada lingkungan sosial saja akan ada bahaya untuk menggunakan model kontrol langsung pada anak. Kalau tekanan hanya pada lingkungan fisik saja ada bahaya bahwa orang menganggap adanya kemungkinan relasi langsung antara perkembangan intelektual dan lingkungan fisik.[1]
Untuk mendukung pendapatnya Dewey memaparkan contoh bagaimana anak belajar memasak di dapur. Ia melihat bagaimana ibunya memasak, membantu dengan mengambilkan alat-alat yang diperlukan, ikut terlibat dalam kegiatan memasak, dst sampai akhirnya anak bisa memasak sendiri. Di situ terlihat pentingnya partisipasi dalam kegiatan bersama dengan cara menggunakan objek-objek secara langsung sebagai sarana membentuk perilaku yang efektif. Pengarahan tindakan anak pada tujuan terjadi dengan sendirinya melalui kegiatan anak melihat, meniru, bekerja sama dst. Tindakan anak di dapur itu bukan sekedar penyesuaian diri. Tindakan anak di dapur memiliki kualitas mental, karena ia mengerti arti dari apa yang ia lakukan sehingga tindakannya terarah dan bukan sekedar bertindak tanpa sadar. Memang pengarahan bisa dilakukan dengan training, tetapi di situ tidak ada pendidikan, karena anak melakukan sesuatu hanya atas dasar perintah untuk melakukan ini atau itu tanpa ia tahu arti dari tindakannya. Di situ anak bukan tuan atas tindakannya sendiri.
Menjadi anggota suatu kelompok berarti miliki gagasan yang sama dengan anggota-anggota lainnya, memiliki pikiran yang sama, memahami makna yang sama dan bertindak yang sama atas berbagai hal. Tanpa itu tidak akan ada pemahaman akan arti yang sama atas sesuatu dan tidak ada kesatuan kelompok. Dari situ Dewey menarik 2 konsekuensi.
a.       Benda-benda fisik saja tidak memiliki pengaruh atas pikiran, kecuali kalau benda-benda itu digunakan untuk tujuan tertentu karena memiliki konsekuensi tertentu sehingga tindakan itu memiliki arti.
b.      Orang mengubah pikiran orang lain melalui penggunaan dan pengaturan lingkungan fisik tertentu untuk merangsang munculnya tindakan tertentu sebagai respons. Itu berarti sarana fundamental untuk mengarahkan orang lain sifatnya bukan secara fisik tetapi intelektual.

Dengan demikian metode pengarahan sosial yang fundamental adalah pengarahan pikiran untuk mengerti arti dari sesuatu yang dicapai melalui kerja sama, partisipasi, kompetisi dsm dalam melakukan sesuatu untuk tujuan tertentu. „And mind in this sense is the method of social control“ (Dewey, 2004: 33). Cara pengarahan sosial tidak lain adalah metode yang digunakan agar orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki pemahaman yang sama akan adanya relasi antara tujuan yang ingin dicapai dan sarana tindakan yang perlu untuk mencapai tujuan. Cara pengarahan ini bersifat intelektual dan tidak langsung. Terutama cara pengarahan ini bersifat intrinsik (bukan ekstrinsik dan bukan koersif atau paksaan dari luar) karena ada pengertian dari dalam diri pelaku akan arti dan tujuan yang ingin dicapai bersama. Di sini Dewey ingin menyatukan lingkungan fisik dan lingkungan sosial sebagai medium pendidikan yang efektif.[2]

3. Beberapa penerapan untuk pendidikan
            Dewey memulai dengan pertanyaan: mengapa suku-suku primitif (savage group) cenderung melanggengkan keprimitifan mereka dan orang-orang yang maju dalam peradaban cenderung mengembangkan peradaban mereka. Penjelasan yang mengatakan bahwa faktor genetis (karena mereka itu primitif, karena inteligensi mereka rendah atau karena moralitas mereka rendah) yang menjadi penyebab utama dipandang Dewey tidak memadai samasekali. Penelitian yang lebih dalam menunjukkan bahwa potensi-potensi anak yang lahir dari suku primitif tidaklah lebih rendah dibanding anak-anak yang lahir dari masyarakat modern. Menurut Dewey kemampuan berpikir orang primitif bukanlah akibat tetapi sebab dari keterbelakangan institusi-institusi mereka. Aktivitas-aktivitas sosial mereka membatasi objek perhatian dan minat mereka. Itu berarti stimulus-stimulus yang perlu untuk pengembangan kemampuan intelektual mereka juga terbatas. Jangkauan observasi dan imaginasi mereka juga menjadi terbatas. Kemampuan mereka untuk menggunakan sumber-sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan mereka juga terbatas.
Kenyataan ini jelas berbeda dengan manusia dengan peradaban yang sudah maju yang memiliki begitu banyak ragam stimuli yang mendukung perkembangan peradaban. Sistem transportasi, pengetahuan atas panas, sinar dan listrik, mesin-mesin dst an sich bukanlah peradaban, tetapi penggunaan seluruh alat itu merupakan peradaban. Peralatan itu bukan hanya digunakan, tetapi digunakan untuk kepentingan bersama sehingga peralatan itu menjadi sumber positif bagi perkembangan peradaban.
            Dari situ bisa dipetik pelajaran bahwa pendidikan semestinya menyediakan lingkungan yang dipilih secara khusus atas dasar materi-materi dan metode yang memperkembangkan pertumbuhan (growth) ke arah yang diinginkan.
Menurut Dewey bahasa merupakan faktor fundamental pendidikan karena penguasaan bahasa akan menghantar orang pada kemampuan untuk mempelajari kekayaan pengalaman masyarakat masa lampau maupun masa kini. Karena pentingnya bahasa untuk memahami khasanah pengetahuan Dewey mengatakan bahwa buta huruf berarti tak terdidik.
            „Education is not an affair of „telling“ and being told“ (Dewey, 2004: 38) tetapi merupakan suatu proses yang aktif dan konstruktif yang dijalankan melalui kerja sama dalam kelompok dengan menggunakan alat-alat dan materi dari lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu. Sekolah tidak boleh diisolasi dari lingkungan luar sekolah karena kemampuan senso-motoris anak tidak akan berkembang secara maksimal dan anak hanya belajar dari buku-buku atau guru saja. Hanya dengan melibatkan anak pada kegiatan bersama anak-anak yang lain, di mana mereka menggunakan alat-alat dan materi kerja yang konkret, pengarahan sosial untuk pembentukan kemampuan berpikir, merasa dan bertindak dapat terjadi. Sekolah semestinya memberikan banyak peluang pada anak untuk kegiatan kelompok di mana masing-masing anggota berperan serta secara aktif sehingga mereka dapat menyadari potensi-potensi sosial, emosional dan intelektual mereka.





[1] Dengan ini Dewey menolak pendapat bahwa pancaindera adalah pintu gerbang bagi pengetahuan. Di sini orang berpendapat bahwa orang belajar sesuatu hanya dari kesan-kesan intelektual yang ia dapat melalui penggunaan pancaindera seakan ada relasi langsung antara benda-benda fisik dengan pikiran sehingga ilmu pengetahuan muncul dengan sendirinya dari situ. Dewey, 2004: 29.
[2] Dewey juga mengritik pendapat dalam psikologi sosial yang menggarisbawahi pentingnya peniruan (imitasi) untuk pembentukan sikap mental anak. Maka, pengarahan sosial atas anak mesti didasarkan pada kecenderungan instingtif anak untuk meniru tindakan orang dewasa. Tindakan orang dewasa dianggap sebagai model. Menurut Dewey pendapat ini tidak memadai karena tidak dapat menjelaskan mengapa anak ingin meniru. Dewey, 2004: 33-34.

Me

Post a Comment

Semua umpan balik saya hargai dan saya akan membalas pertanyaan yang menyangkut artikel di Blog ini sesegera mungkin.

1. Komentar SPAM akan dihapus segera setelah saya review
2. Jika ada Link Download rusak silahkan komentar dibawah ini
3. Jika Anda memiliki masalah silahkan bertanya di papan komentar
4. Silahkan menyertakan link artikel ini yang mau share ke blog Anda .

Credits