DEMOCRACYAND EDUCATION
Bab 3. Pendidikan
sebagai pengarahan (direction)
(Dewey,
2004: 23-40)
1. Lingkungan
sebagai pengarah
Karena impuls-impuls anak belumlah
sesuai dengan kebiasaan hidup masyarakat, perlulah impuls-impuls itu diarahkan.
Setiap stimulus menurut Dewey mengarahkan tindakan. Stimulus tidaklah sekedar
membangkitkan tindakan tetapi mengarahkannya ke sasaran tertentu. Respons itu
bukan sekedar suatu reaksi atau protes karena terganggu, tetapi juga merupakan
suatu jawaban. Respons diarahkan pada dan berhubungan dengan stimulus. Ada
hubungan antara stimulus dan respons. Dengan demikian pengarahan merupakan suatu penuntun tindakan kearah tujuannya.
Pengarahan berarti bantuan untuk melaksanakan apa yang sudah cenderung akan
dilaksanakan oleh suatu organ. Dewey membedakan 2 unsur yang ada dalam
pengarahan.
a.
Biasanya
pada awalnya stimulus tidaklah cukup memadai untuk membangkitkan respons
tertentu sehingga ada banyak energi terbuang. Pada waktu orang pertama kali
menggunakan sepeda akan banyak energi terbuang jika dibandingkan dengan energi
orang yang sudah terbiasa menggunakannya. Pengarahan
berarti memfokuskan dan mengatur
tindakan agar sungguh menjadi suatu respons. Pengarahan ini mensyaratkan juga
penghilangan gerakan-gerakan yang tidak perlu dan yang tanpa arah.
b.
Pengarahan berarti penataan
agar tindakan-tindakan berikut berlangsung secara kontinyu. Setiap tindakan itu bukan hanya merupakan respons
terhadap suatu stimulus, tetapi juga membantu untuk mempersiapkan tindakan-tindakan
berikutnya. Orang yang berlatih tinju tidak cukup hanya mencoba menghindar saat
mendapatkan suatu pukulan tertentu, tetapi ia juga harus bersiap-siap untuk
menghindari pukulan-pukulan berikutnya.
Karena itu
pengarahan bersifat simultan dan berurutan.
Simultan menunjukkan bahwa pengarahan
menuntut pemilihan atas beragam kecenderungan dan mengambil kecenderungan yang
dapat mengarahkan energi pada suatu titik tertentu. Berurutan menunjukkan bahwa pengarahan menuntut penataan
tindakan-tindakan agar terjadi keseimbangan antara tindakan yang sebelumnya dan
yang sesudahnya sehingga tindakannya menjadi teratur. Karena itu, pemfokusan
dan penataan merupakan 2 aspek pengarahan. Pemfokusan lebih bersifat spasial di
mana orang mencoba membidik sasaran tertentu dan penataan lebih bersifat
temporal di mana keseimbangan dibutuhkan untuk tindakan selanjutnya. Aktivitas
harus dipusatkan pada waktu tertentu sedemikian rupa sehingga dapat menyiapkan
apa yang terjadi kemudian. Dewey menarik 2 konsekuensi.
a.
Pengarahan
yang hanya dari luar itu tidak mungkin. Lingkungan
hanya dapat menyediakan stimulus untuk merangsang respons. Respons itu berasal
dari kecenderungan yang sudah dimiliki sebelumnya oleh individu. Kebiasaan dan
aturan dari orang dewasa merangsang atau mengarahkan tindakan dari anak dan
anak akhirnya ambil bagian dalam mengarahkan tindakannya sendiri sesuai sasaran
yang mau dicapai. „All
direction is but re-direction; it
shifts the activities already going on into another channel“ (Dewey, hlm. 26). Tanpa adanya peran serta dari anak,
pengarahan hanyalah paksaan.
b. Pengarahan
yang dilakukan melalui kebiasaan dan aturan mungkin hanya memiliki efek
sementara dan tidak memiliki efek jangka panjang. Pengarahan ini mungkin membawa
hasil seperti yang diinginkan, tetapi juga menghasilkan ketidakseimbangan pada
tindakan-tindakan berikutnya. Atas dasar ancaman anak mungkin akan melakukan
suatu tindakan, tetapi belum tentu ia akan tetap melakukan tindakan yang sama
sesudah ancaman itu berlalu. Banyak orang yang berkecimpung dalam upaya
pengarahan anak mengabaikan pentingnya rantaian perkembangan yang dicapai anak.
2. Bentuk
pengarahan sosial
Orang dewasa biasanya cepat
menyadari perlunya mengarahkan tindakan orang lain terutama ketika dijumpai
adanya resistensi, atau orang-orang yang mau diarahkan itu melakukan sesuatu
yang berbeda dengan yang diinginkan. Di sini Dewey membedakan 2 bentuk
pengarahan sosial.
a.
Kontrol langsung
Ketika orang-orang yang mau
diarahkan tidak bertindak sesuai dengan yang diharapkan atau kalau mereka
menunjukkan tanda-tanda ketidakpatuhan, biasanya kita merasakan perlunya
mengontrol mereka secara langsung. Dewey membedakan hasil fisik dengan hasil
moral. Anak mungkin dengan kasar ditarik menjauh dari api yang menyala agar ia
tidak terbakar. Di sini hasil fisiknya adalah bahwa ia tidak terbakar. Meskipun
demikian tindakan ini bisa jadi tidak membawa hasil moral, karena tidak ada
unsur yang mendidik anak sehingga lain waktu ia tidak akan mendekat pada api
lagi. Menurut Dewey kontrol langsung semestinya hanya dibatasi pada
tindakan-tindakan yang sedemikian instingtif atau kompulsif di mana anak tidak
dapat memprediksi akibat-akibat tindakannya.
b.
Pengarahan tidak langsung
Pengarahan ini terjadi dengan
menggunakan alat-alat yang dapat mengarahkan pada tujuan yang ingin dicapai.
Pengarahan tidak langsung ini menurut Dewey memiliki efek yang lebih permanen. Di sini lingkungan sosial merupakan medium
efektif untuk mengarahkan tindakan anak.
Dewey
menolak pemisahan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial sebagai medium
pendidikan. Kalau tekanan hanya pada lingkungan sosial saja akan ada bahaya
untuk menggunakan model kontrol langsung pada anak. Kalau tekanan hanya pada
lingkungan fisik saja ada bahaya bahwa orang menganggap adanya kemungkinan
relasi langsung antara perkembangan intelektual dan lingkungan fisik.[1]
Untuk
mendukung pendapatnya Dewey memaparkan contoh bagaimana anak belajar memasak di
dapur. Ia melihat bagaimana ibunya memasak, membantu dengan mengambilkan
alat-alat yang diperlukan, ikut terlibat dalam kegiatan memasak, dst sampai
akhirnya anak bisa memasak sendiri. Di situ terlihat pentingnya partisipasi dalam kegiatan bersama dengan cara menggunakan
objek-objek secara langsung sebagai sarana membentuk perilaku yang efektif.
Pengarahan tindakan anak pada tujuan terjadi dengan sendirinya melalui kegiatan
anak melihat, meniru, bekerja sama dst. Tindakan anak di dapur itu bukan sekedar penyesuaian diri. Tindakan
anak di dapur memiliki kualitas mental, karena ia mengerti arti dari apa yang ia lakukan sehingga tindakannya terarah
dan bukan sekedar bertindak tanpa sadar. Memang pengarahan bisa dilakukan
dengan training, tetapi di situ tidak ada pendidikan, karena anak melakukan
sesuatu hanya atas dasar perintah untuk melakukan ini atau itu tanpa ia tahu arti
dari tindakannya. Di situ anak bukan tuan atas tindakannya sendiri.
Menjadi
anggota suatu kelompok berarti miliki gagasan yang sama dengan anggota-anggota
lainnya, memiliki pikiran yang sama, memahami makna yang sama dan bertindak
yang sama atas berbagai hal. Tanpa itu tidak akan ada pemahaman akan arti yang
sama atas sesuatu dan tidak ada kesatuan kelompok. Dari situ Dewey menarik 2
konsekuensi.
a.
Benda-benda
fisik saja tidak memiliki pengaruh atas pikiran, kecuali
kalau benda-benda itu digunakan untuk tujuan tertentu karena memiliki
konsekuensi tertentu sehingga tindakan itu memiliki arti.
b.
Orang mengubah pikiran orang lain melalui penggunaan dan
pengaturan lingkungan fisik tertentu untuk merangsang munculnya tindakan
tertentu sebagai respons. Itu berarti sarana fundamental untuk mengarahkan
orang lain sifatnya bukan secara fisik
tetapi intelektual.
Dengan
demikian metode pengarahan sosial yang
fundamental adalah pengarahan pikiran untuk mengerti arti dari sesuatu yang
dicapai melalui kerja sama, partisipasi, kompetisi dsm dalam melakukan sesuatu
untuk tujuan tertentu. „And
mind in this sense is the method of social control“ (Dewey, 2004: 33). Cara
pengarahan sosial tidak lain adalah metode yang digunakan agar orang-orang yang
terlibat di dalamnya memiliki pemahaman yang sama akan adanya relasi antara
tujuan yang ingin dicapai dan sarana tindakan yang perlu untuk mencapai tujuan.
Cara pengarahan ini bersifat intelektual
dan tidak langsung. Terutama cara pengarahan ini bersifat intrinsik (bukan ekstrinsik dan bukan
koersif atau paksaan dari luar) karena ada pengertian dari dalam diri pelaku
akan arti dan tujuan yang ingin dicapai bersama. Di sini Dewey ingin menyatukan
lingkungan fisik dan lingkungan sosial sebagai medium pendidikan yang efektif.[2]
3. Beberapa
penerapan untuk pendidikan
Dewey memulai dengan pertanyaan:
mengapa suku-suku primitif (savage group)
cenderung melanggengkan keprimitifan mereka dan orang-orang yang maju dalam
peradaban cenderung mengembangkan peradaban mereka. Penjelasan yang mengatakan
bahwa faktor genetis (karena mereka itu primitif, karena inteligensi mereka
rendah atau karena moralitas mereka rendah) yang menjadi penyebab utama
dipandang Dewey tidak memadai samasekali. Penelitian yang lebih dalam
menunjukkan bahwa potensi-potensi anak yang lahir dari suku primitif tidaklah
lebih rendah dibanding anak-anak yang lahir dari masyarakat modern. Menurut
Dewey kemampuan berpikir orang primitif bukanlah akibat tetapi sebab dari
keterbelakangan institusi-institusi mereka. Aktivitas-aktivitas sosial mereka
membatasi objek perhatian dan minat mereka. Itu berarti stimulus-stimulus yang
perlu untuk pengembangan kemampuan intelektual mereka juga terbatas. Jangkauan
observasi dan imaginasi mereka juga menjadi terbatas. Kemampuan mereka untuk menggunakan
sumber-sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan mereka juga terbatas.
Kenyataan ini jelas berbeda
dengan manusia dengan peradaban yang sudah maju yang memiliki begitu banyak
ragam stimuli yang mendukung perkembangan peradaban. Sistem
transportasi, pengetahuan atas panas, sinar dan listrik, mesin-mesin dst an sich bukanlah peradaban, tetapi
penggunaan seluruh alat itu merupakan peradaban. Peralatan itu bukan hanya
digunakan, tetapi digunakan untuk kepentingan bersama sehingga peralatan itu
menjadi sumber positif bagi perkembangan peradaban.
Dari situ bisa
dipetik pelajaran bahwa pendidikan semestinya menyediakan lingkungan yang
dipilih secara khusus atas dasar materi-materi dan metode yang memperkembangkan
pertumbuhan (growth) ke arah yang diinginkan.
Menurut
Dewey bahasa merupakan faktor fundamental pendidikan karena penguasaan bahasa
akan menghantar orang pada kemampuan untuk mempelajari kekayaan pengalaman
masyarakat masa lampau maupun masa kini. Karena pentingnya bahasa untuk
memahami khasanah pengetahuan Dewey mengatakan bahwa buta huruf berarti tak
terdidik.
„Education is not an affair of „telling“ and being told“
(Dewey, 2004: 38) tetapi merupakan suatu
proses yang aktif dan konstruktif yang dijalankan melalui kerja sama dalam
kelompok dengan menggunakan alat-alat dan materi dari lingkungan untuk mencapai
tujuan tertentu. Sekolah tidak boleh diisolasi dari lingkungan luar sekolah
karena kemampuan senso-motoris anak tidak akan berkembang secara maksimal dan
anak hanya belajar dari buku-buku atau guru saja. Hanya dengan melibatkan anak pada kegiatan bersama anak-anak yang lain,
di mana mereka menggunakan alat-alat dan materi kerja yang konkret, pengarahan
sosial untuk pembentukan kemampuan berpikir, merasa dan bertindak dapat
terjadi. Sekolah semestinya memberikan banyak peluang pada anak untuk
kegiatan kelompok di mana masing-masing anggota berperan serta secara aktif
sehingga mereka dapat menyadari potensi-potensi sosial, emosional dan
intelektual mereka.
[1] Dengan ini Dewey
menolak pendapat bahwa pancaindera adalah pintu gerbang bagi pengetahuan. Di
sini orang berpendapat bahwa orang belajar sesuatu hanya dari kesan-kesan
intelektual yang ia dapat melalui penggunaan pancaindera seakan ada relasi
langsung antara benda-benda fisik dengan pikiran sehingga ilmu pengetahuan
muncul dengan sendirinya dari situ. Dewey, 2004: 29.
[2] Dewey juga
mengritik pendapat dalam psikologi sosial yang menggarisbawahi pentingnya
peniruan (imitasi) untuk pembentukan sikap mental anak. Maka, pengarahan sosial
atas anak mesti didasarkan pada kecenderungan instingtif anak untuk meniru
tindakan orang dewasa. Tindakan orang dewasa dianggap sebagai model. Menurut
Dewey pendapat ini tidak memadai karena tidak dapat menjelaskan mengapa anak
ingin meniru. Dewey, 2004: 33-34.
Post a Comment
Semua umpan balik saya hargai dan saya akan membalas pertanyaan yang menyangkut artikel di Blog ini sesegera mungkin.
1. Komentar SPAM akan dihapus segera setelah saya review
2. Jika ada Link Download rusak silahkan komentar dibawah ini
3. Jika Anda memiliki masalah silahkan bertanya di papan komentar
4. Silahkan menyertakan link artikel ini yang mau share ke blog Anda .