Thursday, September 13, 2012

Leluhur Pandawa Kurawa



Cerita ini bermula, kertika Batara Brahma dan Batara Wisnu hendak berbesanan. Batara Brahma mempunyaiputera laki laki yang sudah dewasa bernama Bremana dan Bremani, sedangkan Batara Wisnu juga mempu nyai seorang puteri yang sudah dewasa bernama Srihuni.Ceritanya sungguh menarik.Cerita ringkasnya Bremani putera Batara Brahma, adalah satria dari Pertapaan Saptaharga, besertakakaknya Bremana raja Gilingwesi, dipanggil ayahandanya di kahyangan Daksinageni.Mereka mendapat perintah ayahnya agar Bremana kawin dengan Dewi Srihuni, puteri Batara Wisnu.Namun Bremana menyatakan belum siap untuk hidup berkeluarga..Kemudian oleh Batara Brahma ditawarkan kepada Bremani adiknya, ternyata telah siap dikawinkan. Namun syaratnya Bremani harus mengalahkan raja raksasa yang akan mennyerang Kayangan Batara Wisnu.Untarasegara.Raksasa itu mencoba untuk merebut dewi Srihuni .Maka Bremani segera ke kerajaan raksasa itu, dan ia dapat mengalahkannya. Kemudian Bremani dan Dewi Srihuni dikawinkan.Dari perkawinan mereka lahirlah Bambang Parikenan. Ketika merekabertamu ke negeri Gilingwesi, istana, Prabu Bremana, kakak Bremani kelihatannya kakaknya terpesona ketika melihat Dewi Srihuni. Kakaknya merasa kecewa, karena kalau tahu sejak dahulu kecantikan Dewi Srihuni, pastilah ia mau mengawininya. Bremani tahu isi hati kakaknya, maka Dewi Srihuni diminta agar mau diceraikan. Dewi Srihuni terkejut mendengar perintah suaminya.



Kemudian Bremani berkata kepada istrinya, bahwa sebenarnya jodoh Dewi Srihuni adalah dengan kakaknya,
Bremana. Dewi Srihuni taat pada suaminya, iapun menyetujui. Mereka kembali ketempat ayahnda,Batara Brahma di Kahyangan Daksinageni,,namun Batara Brahma tidak bisa memberikan keputusan, disuruhnya mereka menemui Batara Wisnu. Batara Wisnu menyetujuinya. Namuin Bremana juga mendapat perintah untuk mengalahkan kerajaan raksasa, yang berniat menyerang Untarasegara lagi. Bremana segera berangkat, dan terjadilah perkelahaian, antara Bremana dan para raksasa. Patih Pulasta yang menggantikan menjadi raja, akhirnya takluk kepada Bremana. Bremana akhirnya dikawinkan dengan Dewi Srihuni. Bremani kembali bersama bayinya ke pertapan Saptarengga,sedangkan kakaknya beserta Dewi Srihuni pergi meninggalkan tanah Jawa (India), pergi ke Alengkadiraja.Kelak akan menutrunkan raja raja Alengka. Dewi Srihuni melahirkan seorang putreri bernama Dewi Bremanawati. setelah dewasa akan diperistri Prabu Banjar Anjali dari Kerajaan Alengkadiraja.Cerita berikutnya, mengenai Batara Parikenan, putera Bremani

Sementara itu Batara Wisnu juga mempunyai anak bernama Srinada, yang menjadi raja di Wirata.yang berge lar Basurata kawin dengan Batari Brahmaniyuta,berputera Betari Brahmanineki. Batara Parikanan kawin dengan Betari Brahmananeki, berputera Betari Kaniraras dan Betari Kaniraras ininantinya akan kawin dengan Begawan Manumayasa.Untuk pertama kalinya Semar dan putera puteranya,Gareng, Petruk dan Bagong, setelah turun dari Kahyangan mereka mengabdi pada Begawan Manumayasa. Dewa menginginkan agar mereka mendapat keturunan yang baik dan berkuwalitas, maka Dewa mengirim dua bidadari yang bernama Betari Kaniraras dan Betari Kanastri atau Betari Kanastren ada yang menyebut pula Dewi Sinduragen, atau Dewi Sutiragen.Dewi Kanastren.menjadi istri Semar. Sedangkan Dewi Kaniraras menjadi istri Resi Manuma yasa, dari Dewi Kaniraras, Resi Manumayasa berputera Sekutrem. Sekutrem menikah dengan Dewi Nilaw ati berputera Bambang Sakri dan Bambang Sayadi



Bambang Sayadi ini yang akan menurunkan raja raja di Mandaraka.Bambang Sekutrem diminta sraya oleh dewa untuk mengusir pasukan Prabu Kalimantara dari NegeriCempaka Kawedar yang telah merusak kahyangan Jonggringsaloka, Batara Narada turun ke marcapadamenemui Begawan Manumayasa, Dimintanya Bega wan Manumayasa mengijinkan Batara Narada untuk mengajak Bambang Sekutrem ke kahyangan, menjadi jago dewa untuk mengusir musuh yang telah memasuki Kahyangan Jonggringsaloka. Prabu Kalimantara, beserta pasukannya, dengan didukung oleh Aria Tunggulnaga, Aria Sarotama, Aria Ardadedali. Sesampai di Kahyangan,Bambang Sekutrem berhadapan



dengan Prabu Kalimantara. Prabu Kalimantara tertawa terbahak bahak, ketika mengetahui para dewata tidak berani melawan, justru orang biasa yang dijagokan untuk melawan dirinya. Dalam peperangan tersebut Prabu Kalimantara beserta pasukannya dapat dibinasakan oleh Bambang Sekutrem. Setelah Prabu Kalimantara dan pasukannya tewas, ternyata prabu Kalimantara beserta pasukannya menjadi pusaka pusaka sakti. Prabu Kalimantara menjadi Pusaka Jamus Kalimusada. Kenudian mereka ada yang menjadi pusaka Tunggulnaga, serta pusaka pusaka, Sarotama, dan Ardadedali. Para Dewa memberikan semua pusaka pada Bambang Sekutrem. Disamping senjata pusaka,Bambang Sekutrem mendepat anugerah berupa seorang bidadari bernama Dewi Nilawati.Bambang Sekutrem menikah dengan Dewi Nilawati, mendapatkan putera Bambang Sakri dan Bambang Sayati Bambang Sayati ni yang akan menurunkan raja raja di Mandaraka. Bambang Sakri kawin dengan Dewi Sati mempunyai seorang putera bernama Bambang Palasara Bambang Sakri seperti halnya ayahnya, menjadi jago dewa, dan sebagai penghargaan dewa, Bambang Sakri


mendapat sebutan Batara, menjadi Batara Sakri.Bambang Palasara memang seorang pertapa yang tangguh. Pada suatu hari Bambang Palasara dengan di temani Para Punakawan, menuju hutan melakukan tapa brata. Semar dan anak anaknya sangat mengkhawatirkan keadaan Bambang Palasara. Karena sudah bertahun tahun,Bambang Palasara tidak pernah berhenti dari tapanya, Sampai seluruh tubuhnya di tumbuhi lumut dan tumbuhan yang menjalar keseluruh tubuh.

Pada suatu saat, ada sepasang burung yang membuat sarang di atas kepala Palasara. Sarang telah jadi,burung bertelur dan mengerami, sampai telur itupun menetas. Terjadi perselisihan antara burung jantan danbetina. Burung jantan meninggalkan burung betinanya. Burung betina menunggui anak anaknya dengan setia,



Pada suatu saat burung betina mencari makan dan tak pernah kembali kesarangnya. Anak anaknya menciapciap kelaparan. Disitulah Palasara baru terbangun dari tapanya.Para Punakawan senang melihat majikannya telah bangun dari tapanya, tetapi bukan itu maksudnya, Palasara mengambil sarang burung dari atas kepalanya.Palasara berniat menyusulkan anak anaknya pada induknya. Sarang burungtu kemudian dibawanya ketempat kedua induk burung itu berada. Namun Palasara tidak bisa menemukan kedua induk burung. Semar beserta anak anaknya menjadi bingung. Karena tidak mungkin bisa menemukan

kedua induknya, karena tempat disini banyak ratusan burung berterbangan.Namun Bambang Palasara mengenal sekali pada kedua burung itu. Tiba tiba Palasara melihat kedua nduk burung terbang meyeberangi sungai Gangga. Bambang Palasara mengejar burung itu.Pengejaran Bambang Palasara terhenti sampai ditepi sungai. Palasara tidak bisa mengejar burung itu, Ia berhenti ditepi sungai Gangga, karena tidak bisa menyeberangi sungai Gangga. Untunglah ada tukang tambang perahu. Disungai Gangga ini, ada seorang wanita yang dikenaldengan nama Dewi Rara Amis. Ia memang berbau amis, tetapi wajahnya sangat cantik, Melihat kedatangan

Bambang Palasara di pinggir sungai, Dewi Durgandini nama yang sesungguhnya, menyapa Bambang Palasara.
Dewi Durgandini menyanggupi untuk membawa Bambang Palasara menyeberang sungai Gangga, DewiDurgandini adalah putera Prabu Basuketi Raja Wirata. Sesampai di tengah sungai, ternyata anak anak burung yang dibawa oleh Palasara, sudah bisa terbang sendiri menyusul kedua induknya. Bambang Palasara meminta Dewi Durgandini untuk mandi disebuah telaga. Setelah mandi, bahu amis Dewi Durgandini bisa hilang, bahkan berbahu harum. Kemudian Bambang Palasara memberikan sebuah nama baruuntuk Dewi Durgandini. Akhirnya Bambang Palasara memperistri Dewi Durgandini dan sekali gus memberinama baru Dewi Setyawati. Dari perkawinan mereka,mendapatkan seorang putera bernama Abiyasa.Rupanya peristiwa burung yang membuat sarang dikepala Palasara, mempertemukan Bambang Palasara,dengan Dewi Durgandini. suatu firasat dari dewa, bahwa dengan mempertemukan keduanya, maka kelak dimasa mendatang keduanya akan menurunkan raja raja besar di tanah Jawa. Untuk menghubungkan Pandawa dan Kurawa dengan Kerajaan Astina, maka perlu kita ketahui sislsilah raja raja Astina,yang dimulai dari :



1. Raja pertama, Prabu Nahusta,

2. Raja kedua, Prabu Yayati,

3. Raja ketiga, Prabu Kuru,

4. Raja keempat, Prabu Dusyanta,

5. Raja kelima, Prabu Barata,

6. Raja keenam, Prabu Hasti,

7.. Raja ketujuh, Prabu Puru,

8. Raja kedelapan, Prabu Pratipa,

9. Raja kesembilan, Prabu Sentanu,

10.Raja kesepuluh, Prabu Wicitragada

11.Raja kesebelas Prabu Wicitrawirya.


Pada waktu Pemerintahan Prabu Wicitragada, Ibunda Setyawati meminta Bisma pergi ke KerajaanGiyantipura atau Kasi, untuk mengikuti sayembara di negeri Kasi untuk merebutkan tiga orang puteri, yaituDewi Amba, dewi Ambiki dan Dewi Ambini. Untuk mendapatkan ketiga puterini, Bisma, harus berkelahi dahulu putera putera Pranu Darmahumbara, yaitu Wahmuka dan harimka. Keduanya sulit dikalahkan, karena mereka mempunyai kehidupan rangkap.Andaikata mati salah satu, yang satu meloncati yang mati, maka akan hidup kembasli. Akhirnya Bisma mengadu kedua kepala Wahmuka dan Harimuka, sehingga keduanyapun tewas..


Kemudian Bism memboyong ketiga puteri. Namun di tengah jalan Dewi Amba tidak mau di serahkan kepada Wicitragadamaupun Wicitrawirya. Dewi Amba ingin menjadi istri Bisma. Bisma meminta agar Dewi Amba saja kembali ke Giyantipura, tidak perlu mengikuti Bisama pulang ke Astinapura. Dewi Amba tetap mengikuti kepergian Bisama. Bisa menjadi risih. Dengan maksud menakut nakuti Dewi Amba, maka Bisma pura pura menarik panahnya.Bisma tetap memita Dewi Amba pulang. Sementara peluh Bisma bercucuran dan tangan Bisma gemetar. Tiba tiba jari jemari Bisma lepas dari anak panahnya, dan panah itu lari mengenai Dewi Amba Dewi Ambapun gugur. Setelah itu, terputuslah garis keturunan. Karena Prabu Wicitragada dan Prabu Wicitrawirya, yang tidak mempunyai keturunan, sedangkan Bisma, walau sudah dibujuk Dewi Setyawati istri kedua Prabu Sentanu, untuk menjadi raja, namun Bisma, tidak mau menjadi raja, karena ia seorang Brahmacari dan telah berjanji tidak akan menjadi raja untuk selamanya, maka oleh Dewi Setyawati, istri Prabu Sentanu dengan persetujuan Bisma, mengambil anaknya dengan suami pertama, Begawan Palasara, Abiyasa, diangkat menjadi raja.Astina ke duabelas.



Untuk Leluhur Pandawa Kurawa, maka terdapat Kisah Prabu Dusyanta dan Putri Shakuntala yang patut kita semak, ceritanya begitu menarik.Sebetulnya cerita ini mestinya diangkat terlebih dahulu dari kisah Sentanu dan turunannya, karena Prabu Abiyasa Raja Atina ke duabelas, sedangkan Prabu Dusyanta raja Astina keempat. Cerita ini baru terangkat kisahnya, karena Prabu Abiyasa, akan menurunkan puteranya, Drestarastra, Pandu dan Arya Yamawidura. Putera putera Pandu yang terdiri dari Puntadewa, Werkudara, Arjuna, Nakula dan Sadewa, memilih Prabu harata menjadi penyebutannya, yaitu Keluarga Bharata Pandawa. Sedangkan para putera Drestarastra, menamakan diri mereka sebagai Kurawa, atau Keturunan Prabu Kuru.




Kisah Prabu Dusyanta dengan Dewi Shakuntala begitu sangat terkenalnya. Kisahnya diawali dengan perjalanan perburuan Prabu Dusyanta raja Astina ke Hutan Gunung Himawan. Prabu Dusyanta nampak kehilangan buruannya. Ia telah memanah seekor kijang, namun meleset, buruannya lari dengan kencangnya menuju tengah hutan.Prabu Dusyanta mengejar buruannya hingga ditengah hutan.Prabu Dusyanta, tertegun ketika melihat seorang gadis yang cantik jelita dengan sebuah belanga tempat air dan di belakangnya diikuti beberapa ekor kijang. Ia puteri Resi Kanwa. Prabu Dusyanta terpesona dengankecantikan Dewi Shakuntala.Ternyata kijang buruannya adalah binatang piaraan Dewi Shakuntala. Prabu Dusyanta meminta maaf akan kesalahannya. Intuk sementara waktu Prabu Dusyanta tinggal di pertapaan. Prabu Dusyanta menghadap Resi Kanwa melamar puterinya, Dewi Shakuntala. Resi Kanwa merestui perkawinannya. Namun sebelumnya Empu Kanwa menceriterakan kisah Dewi Shakuntala yang sesungguhnya. Ia menceritakan bahwa Dewi Shakuntala adalah anak Begawan Wismamitra, Sebelumnya Begawan Wismamitra adalah seorang raja besar di negeri ini, namun setelah diingatkan pentingnya arti hidup ini oleh Begawan Wasista, raja tergerak hatinya untuk menjadi seorang pertapa. Setelah menjadi pertapa. Ia menjadi yangpertapa tangguh. Begawan Wismamitra telah menanggalkan kekuasaan, sebagai seorang raja, serta meninggalkan segala nafsu lahiriah,ia ingin mencapai Nirwana. Sehingga Batara Indra mencoba ketangguhanpertapa itu, dengan mengirimkan seorang bidadari bernama Menaka. Ternyata kehadiran bidadari Menakayang ditugaskan menggoda Wismamitra, berhasil meruntuhkan keteguhan hati Begawan Wismamitra, sehingga Begawan Wismamitra menunda tapanya, Ia jatuh cinta pada Menaka. Ia mengawini Menaka. Namun setelah itu Begawan Wismamitra bertapa lagi. Batara Indra berulangkali mengirimkan bidadari lain, tetapi Begawan Wismamitra tahu bahwa seperti halnya Menaka, bidadari bidadari tu juga kiriman Batara Indra untuk menggodanya.Prabu Dusyanta sangat senang berkenalan dengan



Shakuntala puteri seorang Maharesi, yang ternyata sebelumnya adalah seorang raja besar. Dewi Menaka kini

telah hamil. Dewi Menaka merasa kecewa, karena Wismamitra memang sudah tidak bisa diajak hidup

bersama menjadi satu keluarga bahagia, dimana ada suami istri dan anak anak. Maka Dewi Menaka

membawa diri dan bayi yang masih dikandungnya

di tepinya sungai Malini. Dewi Menaka menginginkan anak yang dikandungnya, ini, setelah lahir akan

diserahkan kepada orang lain. Karena ia ingin segera kembali ke kahyangan. Suatu hari, ketika pada saatnya,

ia telah melahirkan,seorang bayi yang lucu dan mengge mas kan.Dengan berat hati Menaka meninggalkan

bayinya

ditepi sungai Malini. Karena ditempat ini biasanya Resi Kanwa meletakkan persembahan ditempat bayi

berada.Untuk memastikan bayi itu akan diiasuh siapa, Dewi Menaka bersembunyi dikerimbunan hutan.

Tampak oleh Dewi Menaka, Resi Kanwa datang dengan membawa sajian

persembahan dewata. Resi Kanwa terkejut, melihat seorang bayi berada ditempat ia meletakkan

persembahan. Dilihatnya Bayi itu dan diberi nama Shakuntala, dan ia sendiri yang merawatnya,ia sangat

bagaikan anaknya sendiri.Kemudian Dewi Menaka kembali ke Kahyangan, namun jiwanya tidak tenang,

maka ia sering menengok anaknya dipertapaan Resi Kanwa, Prabu Dusyanta senang sekali mendengarkan

kisah Puteri Shakuntala, yang bagaikan dongeng saja. Ia merasa senang karena Shakuntala masih termasuk

keturunan seorang raja besar.



Setelah tinggal beberapa lama kemudian di pertapaan. Berpamitanlah Prabu Dusyanta kembali ke

Astina.Namun sebelum pulang, Prabu Dusyanta memasangkan cincin stempel pada jari manis tangan kiri

Dewi Shakuntala. Prabu Dusyanta berpesan, apabila Dewi Shakuntala berkunjung ke Istana Astina,

dimintanya agar memperlihatkan cincin itu kepada Prabu Dusyanta.Hari berganti hari, minggu telah berlalu,

bulanpun begitu, Dewi Shakuntala telah hamil. Banyak perubahan yang dialami Dewi Shakuntala. Ia menjadi

seorang pemurung. Ia merindukan kehadiran suaminya. Sebulan telah berlalu, bulan kedua, bulan ketiga pun

telah lewat. Semakin rindu rasanya Dewi Shakuntala kepada suaminya.Ia ingin mengabarkan berita bahagia.

Ia lupa kalau sedang duduk diatas akar pohon yang menjuntai diatas sungai. Tanpa disadarinya cincinnya

jatuh menggelinding,dan masuk ke dalam sungai dan ditelan oleh seekor ikan besar. Hilangnya cincin

menambah penderitaan Dewi Shakunthala. Ia cemas, bagaimana kalau seandainya tanpa cincin itu. apakah

suaminya masih mengakuinya sebagai istrinya. Mengingat kandungan Dewi Shakuntala semakin membesar,

maka Resi Kanwa mengingatkan sebaiknya Dewi Shakuntala pergi menemui suaminya untuk memberitahukan

kehamilannya. Akhirnya

Dewi Shakuntala pun berangkat, dengan sebuah perahu kecil menyisir sungai.Kepergian Shakuntala selalu

diikuti ibunya, Menaka, Ia selalu disampingnya. Dewi Menaka tidak bisa mengikuti Shakuntala ke Istana, Ia

hanya berdoa semoga mereka tidak ada masalah. Dewi Shakuntala akhirnya masuk kedalam istana.

Sesampai di dalam

Istana, bertemulah ia dengan Prabu Dusyanta, suaminya. Namun Prabu Dusyanta betul betul tidak ingat pada

puteri Pertapa, Wismamitra yang bernama Dewi Shakuntala yang telah dikawininya. Dengan sangat kecewa

Dewi Shakuntala kembali kepertapaan.

Setelah beberapa bulan kemudian Dewi Shakuntala telah melahirkan, se orang anak laki laki. Dewi

Shakuntala merasa kecewa dengan kelahiran anaknya yang tidak ditunggui suaminya. Setelah genap satu

tahun kemudian dari kelahiran anaknya, seorang nelayan berhasil memancing seekor ikan yang besar, Nelayan

itu senang sekali mendapatkan hasil tangkapannya. Sesampai di rumah ikan di potong potongnya. Ia tambah

kegirangan, ketika didalam ikan itu terdapat sebuah cincin milik Prabu Dusyanta. Rupanya cincin Prabu

Dusyanta yang diberikan kepada Dewi Shakuntala, itu

jatuh kedalam sungai, kemudian ditelan oleh seekor ikan besar. kini ditemukan oleh seorang nelayan.Nelayan

segera melaporkan temuannya kepada Prabu Dusyanta. Prabu Dusyanta segera menerima cincin itu, dan di

amat amatinya, ia menjadi teringat bahwa cincin itu pernah ia berikan pada seseorang, dan seseorang itu

adalah Shakuntala. Prabu Dusyanta segera bergegas pergi kepertapaan tempat Resi Kanwa. Sesampai

ditempat,

Prabu Dusyanta melihat seorang anak laki laki mungil, agaknya baru bisa berjalan, yang sedang menggendong

anak singa,yang besarnya hampir sebesar anak itu. Sedangkan induk singa berada dibelakang anak laki

laki itu, kelihatan amat jinak, seakan akan ingin menjaga keselamatan anak laki laki itu.Raja tertegun.

Sementara itu anak itu merasa ketakutan melihat kedatangan orang asing.




Singa itu kemudian mengaum dan menghampiri Prabu Dusyanta. Mendengar suara auman itu, Dewi

Shakuntala keluar, ia melihat pula kedatangan suaminya. Ia memanggil singanya agar jangan menakut nakuti

tamunya.Dewi Shakuntala hanya menatap wajah suaminya. Ia tidak berani mendatangi ataupun bahkan

memeluknya, walaupun ia sudah sangat rindu kepada Suaminya. Melihat istrinya, keluar dari pertapaan, Prabu

Dusyanta segera berlari, menghampiri istrinya, memeluknya dan menciumnya. Prabu Dusyanta berulang kali

minta maaf atas kelupaan dirinya pada istrinya sendiri, hanya karena sang istri tidak bisa menunjukkan bukti

diri berupa cincin kerajaan. Prabu Dusyanta memberikan cincinnya kembali kepada Dewi Shakuntala. Namun

Dewi Shakuntala menolaknya. Karena cincin bisa hilang, tetapi cinta pada Prabu Dusyanta selalu

tersimpan. Prabu Dusyanta kemudian diperkenalkan pada puteranya, yang bernama Bharata.

Setelah beberapa hari tinggal dipertapaan, Prabu Dusyanta memboyong Dewi Shakuntala beserta

puteranya. Mereka hidup berbahagia di Istana Astinapura.




Sepeninggal Prabu Dusyanta, puteranya Barata diangkat menjadi Raja menggantikan ayahandanya. Setelah

Prabu Barata kemudian berturut turut Prabu Hasti, Prabu Puru, Prabu Pratipa,Prabu Sentanu.




Sebenarnya pengganti Prabu Sentanu adalah Dewabrata. Namun karena mengorbankan dirinya demi seorang

ayah,maka ia rela menjadi seorang Brahmacari dan bersumpah tidak akan menjadi raja, maka terputuslah

garis keturunan Raja raja Astina. Mari kita ikuti kisah Dewabrata.



Sewaktu ia masih muda, bernama Dewabrata, Ia merasa sedih bila ayahanda Prabu Sentanu

selalu murung, terdiam, kurang tidur, tidak makan, tidak minum, ternyata

ayahanda baru ditolak cintanya oleh Dewi Setyawati. Sebagai anak yang berbakti, Dewabrata mendekatkan

ayahandanya dengan Dewi Setyawati. Dewabrata mencari tahu pada Dewi Setyawati, janda dari Begawan

Palasara., yang telah memiliki seorang anak bernama Abiyasa.




Dewi Setyawati mau diperistri oleh Prabu Sentanu, asal Dewabrata tidak

menduduki tahta Kerajaan. Namun juga dikhawatirkan keturun an Dewabrata nanti akan mengganggu

kekuasaann anaknya. maka Dewi Setyawati menolak lamaran Prabu Sentanu.

Dewabrata mendengar itu, langsung meminta agar Dewi Setyawati mau jadi istri ayahnya, apapun yang

terjadi. Dewabrata akan memenuhi keinginan Dewi Setyawati. Untuk itu Dewabrata tidak menghendaki tahta

negeri Astina, dan Dewabrata bersumpah tidak akan kawin untuk seumur hidupnya.

Sejak Dewabrata itu bersumpah, Dewabrata mengganti namanya dengan Bisma.




Setelah Prabu Sentanu memperistri Dewi Setyawati, memiliki dua orang anak, Wicitragada dan Wicitrawirya.

Mengingat Bisma sudah terikat dengan sumpahnya, maka setelah keduanya dewasa, Prabu Sentanu

mengangkat Wicitragada menjadi raja, menggantikan dirinya.




Sementara itu di negeri Kasi ada sayembara memperebutkan tiga puteri yaitu,Dewi Amba, Dewi Ambika dan

Dewi Ambalika. Prabu Wicitragada meminta Bisma mengikuti Sayembara Kerajaan Giyantipura. Sayrmbara

itu mengisyaratkan bahwa siapa saja yang dapat mengalahkan putera putera Prabu Darmahumbara, yaitu

Wahmuka dan Arimuka akan mendapatkan ketiga puteri.. Bisma berhasil memenangkanSayembara, dan

ketiga puteri itu diboyong ke Astina untuk diperistri Prabu Wicitragada.




Namun Dewi Amba tidak bersedia menjadi istri Prabu Wicitragada, iamenginginkan Bisma

menjadi suaminya. Bisma keberatan, karena dia seorang yang wadat, orang yang telah bersunpah tidak akan

kawin selama hidupnya. Tetapi pendirian Dewi Amba tetap. Karena Bisma tidak bersedia, maka ia minta

dikembalikan ke negerinya. Bisma pura pura marah ia menarik gendewa untuk menakut-nakuti Dewi

Amba.agar tetap mengikuti Bisma ke Astina.Namun Dewi Amba malah menubruk panah itu dan

tewas.Sebelum mati Dewi Amba berkata, akan setia menunggu arwah Bisma dan masuk surga bersama.Ia

mengingatkan bahwa Bisma akan mati bila dalam perang menghadapi seorang prajurit wanita.




Bisma sangat kecewa dengan kematian Dewi Amba. Setelah diadakan upacara perabuan, mereka

meneruskan perjalanannya ke Astina. Sesampai di Astina, ternyata Prabu Wicitragada telah meninggal, dan

Wicitrawirya menggantikan Wicitragada menjadi raja. Prabu Sentanu pun meninggal dunia.

Beberapa tahun kemudian Raja Wicitrawirya meninggal pula.




Karena Wicitrawirya tidak mempunyai keturunan, maka Dewi Setyawati minta Bisma untuk menjadi raja,

Bisma tetap tidak bersedia, mengingat sumpahnya. Akhirnya Dewi Setyawati minta persetujuan Bisma

agar anaknya dengan Begawan Palasara, yaitu Abiyasa bisa menjadi raja Astina menggantikan Wicitrawirya.

Bisma menyetujui, maka Abiyasa diangkat menjadi Raja Astina menggantikan Wicitrawirya.



Kedua puteri dari negeri Kasi itu menjadi istri Prabu Abiyasa.Prabu Abiyasa wajahnya menakutkan, sehingga

para istrinya merasa ketakutan saat berkumpul dengan Prabu Abiyasa. Anak anaknya lah yang menjadi bukti,

tingkah apa yang dilakukan oleh para istri Prabu Abiyasa. Dari perkawinannya, Ambika melahirkan

Drestarastra, yang buta, Dewi Ambalika melahirkan Pandu yang berwajah pucat, bahkan ada yang

menceriterakan, disamping Pandu dilahirkan pucat, Pandu juga tengleng, yaitu kepala tidak bisa tegak, kepala

posisinya miring kesalah satu bahu lengannya.Sedangkan dengan seorang dayang bernama Niken Datri

melahirkan Yama Widura,yang ciri pada salah satu kakinya.




Setelah dewasa, mereka sudah siap menggantikan raja. Namun undang undang kerajaan Astina menyebutkan,

bahwa untuk pengangkatan seorang raja tidak diperbolehkan dari calon raja yang buta. Maka untuk

memenuhi persyaratan undang undang Kerajaan, Pandu yang diangkat menjadi Raja Astina. Pada suatu hari

Prabu Pandu meninggalkan istana mengikuti sayembara di negara Mandura. Mandura mengadakan

sayembara kesaktian para kesatria merebutkan Dewi Kunti. Sayembara dimenangkan oleh Pandu.Bersamaan

itu pula Narasoma, putra Raja Mandaraka,juga mengikuti sayembara, ia berangkat bersama adiknya Dewi

Madrim. Putera Kerajaan Gandara Srigantalpati putera kerajaan Gandara, berangkat pula dengan kakaknya

Dewi Gendari.Namun kedatangan mereka telah terlambat. Dewi Kunti sudah menjadi milik Pandu. Narasoma

dan Sri Gantalpati tidak mau mengakui kemenangan Pandu. Narasoma dan Pandu berkelahi memperebutkan

dewi Kunti. Dalam perkelahian tersebut Narasoma kalah. Untuk membayar kekalahannya, maka adiknya

Dewi Madrim diserahkan kepada Pandu. Demikian pula Raden Sri Gantalpati, Pangeran dari Gandara,

mengalami kekalahan melawan Pandu. Untruk menebus kekalahannya Sri Gantalpati menyerahkan Dewi

Gandari pada Pandu, dan dirinya mengabdi pada Prabu Pandu. .Narasoma menyerahkan adiknya Dewi

Madrim untuk mengikuti Pandu ke Astina. Demikian juga Srigantalpati

bersama kakaknya Dewi Gendari, mengikuti Pandu ke negara Astina.Sesampai di Astina Pandu merasa iba

pada kakaknya Drestarastra yang buta. Ia ingin membagi kebahagian pada kakaknya. Pandu memberikan

salah satu puteri untuk diperistri kakaknya. Tetapi Drestarastra ingin memilih sendiri satu diantara ketiga

puteri. Para

puteri was was kalau sampai terpilih Drestarastra. Dewi Kunti di ajak berjabatan tangan dengan Drestarastra,

kemudian maju Dewi Madrim berjabatan tangan dengan Drestarastra dan terakhhir berjabatan tangan dewi

Gendari. Akhirnya Drestarastra memilih Dewi Gendari, karena Dewi Gendari akan mempunyai 100 anak.

Sedangkan Dewi Kunti 3 orang anak, dan Dewi Madrim hanya memiliki 2 orang anak.




Dewi Gendari dan adiknya Srigantalpati

merasa jelek nasibnya karena merasa disengsarakan oleh Pandu, maka dengan anak yang 100 ini akan

membuat Pandu dan keturunannya akan menjadi sengsara.Dari perkawinanya Dewi Gendari memiliki 99

orang anak lelaki, yaitu, Duryudana, Dursasana, Citraksa,Citraksi, Citrasena, dst dan 1 orang anak puteri

bernama Dursilawati, setelah dewasanya kawin dengan putera raja Banakeling, Jayadrata.



Selesai ritual perkawinannya, Dewi Madrim minta Prabu Pandu pergi berburu

kijang dahulu, karena Ia ingin memasak daging kijang, untuk bersantap bersama. Berangkatlah Prabu Pandu

dengan beberapa orang perajurit kepercayaannya. Sesampai dihutan, bagaikan mendapat durian runtuh,

ditengah jalan disambut dua ekor kijang sekaligus, yang

sedang bercumbu rayu didepannya, Pandu segera memanah kijang itu. Panah itu mengenai kedua kijang itu.

Kedua Kijang itu pun mati

Kemudian terdengar suara bahwa Pandu akan menerima nasib serupa dengan apa yang dialami kedua kijang

itu,yaitu Pandu akan mati pula, kalau ber cumbu dengan

istrinya Ternyata kijang ini jelmaan Resi Kimindama,seorang resi sakti beserta istrinya Pandu terkejut dan

sangat terpukul, ia mohon ampun atas kesalahannya.Resi Kimindama mengutuk Pandu, kelak Pandu pun

akan mengalaminya.Pandu akan meninggal andaikata, ia melakukan hubungan suami istri dengan istri istrinya.




Pandu pulang beserta pengawalnya kembali ke Astina.Pandu menceritakan apa yang telah terjadi

kepada kedua istrinya.Para Istri Pandu sangat terpukul.Lebih lebih Dewi Madrim yang menganggap dirinya

sebagai asal muasal musibah itu terjadi. Kedua istri Pandu semakin kecewa setelah mendengar berita Dewi

Gendari yang telah memiliki 100 orang anak.



Akhirnya memasuki sanggar pamujan.Dewi Kunti ingat memiiliki pusaka mantera Adityarhedaya pemberian

dari Resi Druwasa. yang bisa memanggil dewa.Dewi Kunti minta kedatangan Bathara

Dharma, akhirnya melahirkan Putadewa, setelah Punta Dewa dilahirkan, Dewi Kunti membaca ,mantera lagi

untuk mengundang Bathara Bayu, maka tahun berikutnya melahirkan Werkudara, demikian juga dengan anak

yang ketiga,

dan mengundang Bathara Indra melahirkan Arjuna. Mengingat pusaka mantera Adytahredaya dari Resi

Druwasa masih tinggal satu kesempatan, Dewi Madrim minta dipinjami pusaka mntera Adtyarhedaya dari

Resi Druwasa. Dewi Madrim menginginkan anaknya lebih dari satu, maka ia memanggil Dewa Aswin

Dewa Kembar, lahirlah Nakula dan Sadewa.




Pada suatu hari, Pandu melihat Dewi Madrim sedang mandi di sendang dibawah pancuran yang sejuk airnya,

Pandu terlena, Pandu mendatangi Dewi Madrim. Dewi Madrim, mencegah agar Prabu Pandu jangan



mendekati dirinya, tetapi suara Dewi Madrim bagai tak terdengar oleh Prabu Pandu. Baru saja Prabu Pandu

memeluk Dewi Madrim, Prabu Pandu terjatuh di pangkuan Dewi Madrim, dan meninggal. Jasad Pandu

diperabukan, sedangkan dewi Madrim ikut bela pati, membakar diri bersama perabuan jasad Prabu Pandu.



Setelah Prabu Pandu meninggal, sedangkan Pandawa masih anak anak. Akhirnya Abiyasa

mengangkat Drestarastra menjadi Raja Perwalian Pandawa.Nanti


setelah Pandawa dewasa, tahta akan diserahkan

kembali pada Pandawa. Namun setelah anak Pandawa dan Kurawa


dewasa ternyata banyak masalah, yang oleh Bisma tidak terpikirkan sebelumnya. Kurawa menginginkan


tahta Astina, karena Drestarastra anak sulung, jadi lebih berhak menjadi pewaris tunggal bagi

Kurawa.Disinilah mulai adanya percobaan pembunuhan terhadap Pandawa, seperti

Peristiwa Bale Sigolo-golo, serta Bima yang disuruh Pandita Durna mencari sarang angin ditengah lautan.



Yang kemudian Pandawa dadu, yang akhirnya membuahkan keadaan sedemikian ini, yaitu Perang Barata

Yudha***

Me

Post a Comment

Semua umpan balik saya hargai dan saya akan membalas pertanyaan yang menyangkut artikel di Blog ini sesegera mungkin.

1. Komentar SPAM akan dihapus segera setelah saya review
2. Jika ada Link Download rusak silahkan komentar dibawah ini
3. Jika Anda memiliki masalah silahkan bertanya di papan komentar
4. Silahkan menyertakan link artikel ini yang mau share ke blog Anda .

Credits